Rabu, 14 Juli 2010

KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN

KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN

A. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES PENDIDIKAN

v Komunikasi Efektif Dalam Proses Belajar Mengajar

Ilmu, orang yang berilmu, orang yang mengajarkan ilmu dan proses pencariannya merupakan sesuatu yanag luar biasa di mata Allah SWT. Bagi insan beriman, ilmu merupakan sebuah tangga yang akan menghantarkannya ke tingkat yang lebih tinggi di hadapan Ilahi. Bahkan Allah akan mengganjar dengan pahala yang luar biasa bagi insan yang beriman yang giat mencarinya. Dengan ilmu yang benar kita bisa beramal dengan benar, dengan ilmu yang benar kita akan sanggup menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak dari yang maha memberi ilmu, dengan ilmu yang benar kita akan memiliki sebuah bekal yang cukup melimpah untuk bisa survive di dunia sebagai bekal utama untuk survive di akhirat.

v Komunikas Efektif sebagai Solusi Komprehensif

Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan 2 orang atau lebih dan di dalamnya terjadi pertukaran informasi dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Terdapat dua jenis komunikasi yaitu komunikasi lisan dan tulisan. Di dalam komunikasi, terdapat 5 elemen yang terlibat yaitu sender (pengirim informasi), receiver (penerima informasi), informasi, feed back, dan media.

Menurut Stephen Covey, komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar waktu di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehinggga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif.

Setelah kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikut adalah kita perlu memperhatikan 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication), yang disingkat REACH yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.

Hukum ke-1 : Respect

Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Pahami bahwa seorang pendidik harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain.

Hukum ke-2 : Empathy

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.

Hukum ke-3 : Audible

Makna dari audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.

Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus di sampaikan melalui media atau delivery channel hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.

Hukum ke-4 : Clarity

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang lainnya. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses belajar-mengajar.

Hukum ke-5 : Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki.

Hal terakhir yang harus ada di dalam diri para pendidik adalah sikap mental yang dipenuhi semangat dan kesungguhan. Semua teori yang disebutkan di atas tidak akan cukup berat jika memang tidak dibarengi dengan sebuah kesungguhan dan semangat yang kita singkat dengan SOUL (4 spirit for SOUL).

a. Spirit for Servicing

Hal ini mungkin menjadi sesuatu yang sering dilupakan insan pendidikan. Pekerjaan mulia yang ada di hadapan sering kali tidak dibungkus dengan sebuah semangat yang tulus untuk melayani. Melayani murid tercinta, melayani orang yang memberikan kepercayaan kepada Anda, melayani cikal bakal kader bangsa calon penyelamat bangsa untuk keluar dari krisis. Munculkan semangat ini dalam diri Anda, semangat yang lebih untuk melayani.

b. Spirit for giving an Ouststanding Performance

Tetapi semangat melayani tidak cukup, Anda sebagai insan pendidikan harus berani menaikkan level pelayanan Anda menjadi pelayanan dengan semangat memberikan Ouststanding

Performance semangat memberikan hasil yang terbaik bagi semua tugas dan pelayanan yang menjadi amanah Anda.

c. Spirit for Understanding

Hal selanjutnya yang tidak kalah penting adalah, semangat yang tulus yang muncul dari dalam diri untuk lebih mendengarkan dan mengerti keinginna siswa yang Anda didik.

d. Spirit for Loving

Kemudian, munculkanlah semangat untuk lebih mencintai siswa seperti mencintai anak sendiri, dan cintai diri mereka seperti kita mencintai diri sendiri. Lakukan hal ini, maka siswa akan melihat ketulusan kita untuk kemudian akan bersama-sama dengan kita meraih kesuksesan dalam proses belajar-mengajar

B. tPENGERTIAN DAN PERANAN KOMUNIKASI

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.

Beberapa definisi komunikasi adalah:

1. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi (Astrid).

2. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).

3. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981).

4. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W)

5. Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain, komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi).

Tujuan Komunikasi

Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:

1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu

2. Mempengaruhi perilaku seseorang

3. Mengungkapkan perasaan

4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain

5. Berhubungan dengan orang lain

Proses Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut :

1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi

Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.

2. Simbol/ isyarat

Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.

3. Media/penghubung

Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.

4. Mengartikan kode/isyarat

Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.

5. Penerima pesan

Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim

6. Balikan (feedback)

Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak

7. Gangguan

Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.

C. PERANAN KOMUNIKASI

a. Informasi dan Komunikasi dalam lingkungan pendidikan

Disebut juga dengan informasi kependidikan dan komunikasi pendidikan, sebab terjadinya komunikasi memang di dunia pendidikan. Pengertian lengkapnya memang tidak bisa dijelaskan hanya menggunakan betasan-batasan ringkas saja, karena seperti pengertian komunikasi umumnya, tidak mungkin dibuatkan definisinya secara ringkas, tunggal, dan tegas. Komunikasi pendidikan pun demikian, meskipun dalam hal ini sudah disentuhkan ke dalam bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan proses yang panjang, yang melibatkan banyak unsur seperti pendidik, administrator pendidikan, proses, komunikasi, peserta didik, pesan-pesan atau informasi pendidikan, dan adanya tujuan-tujuan yang dicapai dari proses pendidikan dimaksud. Itu untuk pendidikan formal. Lantas kalau pengertian pendidikan di dalam keluarga, di masyarakat, di pesantren, dan di lembaga-lembaga pendidikan luar sekolah lainnya, tentunya tidak seperti itu unsur-unsurnya. Dan pengertiannya pun menjadi berbeda.

Pada pelaksanaan pendidikan formal atau pendidikan melalui lembaga-lembaga pendidikan sekolah, tampak jelas bahwa proses komunikasi sangat dominan kedudukannya. Hal ini setidaknya tampak dalam proses instruksional, yang dalam dunia pendidikan sampai saat ini masih menduduki posisi dominan. Gambar pada halaman berikutnya menunjukkan proses pendidikan. Di situ tampak bahwa pendidikan bukan sekadar mengajari anak-anak supaya menjadi lebih baik, menjadi pintar, atau sekadar berkomunikasi dengan mereka yang isinya memberi nasehat supaya mereka berperilaku baik. Namun sudah semakin kompleks, karena melibatkan banyak unsur di dalamnya.

b. Informasi dan Komunikasi dalam lingkungan sosial

Dunia sosial sangat luas dan sangat abstrak jika tidak dikonstruksikan dalam kasus-kasus kecil lebih dahulu, karena akan mengundang banyak pertanyaan yang semakin merumit. Untuk mengetahui realitas sosial secara utuh, orang sulit menjelaskannya secara bersama dan sekaligus, melainkan perlu sepotong-sepotong, dan akhirnya dihubungkan satu sama lain menjadi suatu sistem sosial yang terpadu.

Kita lihat sekali lagi gambaran ini dan bayangkan saja. Seseorang pada suatu saat di suatu tempat, sedang sendirian. Kira-kira sedang memikirkan apa dia. Mungkin saja dia sedang melamun, atau sedang berpikir tentang utang-utangnya, atau sedang mencari hiburan, atau sedang merencanakan kejahatan, atau sedang menunggu kawan, atau sedang gelisah, marah, dsb.

Dilihat dari segi kebutuhannya, dia mungkin saja sedang memikirkannya bagaimana cara mendapatkan sesuatu yang diidam-idamkannya. Jika dilihat dari aspek waktu, maka dia pun tidak terbebas dari pengaruh waktu tersebut. Misalnya, jika tadi dia sedang sendirian pada pagi hari, maka pada siang dan sore harinya tentu tidak sama apa yang dilakukannya atau apa yang dipikirkannya, meskipun secara fisik sama-sama berdiam di tempat yang sama. Orang tidak bisa berada dalam dua ruang dan atau waktu yang berbeda pada saat yang sama.

Gambaran tersebut hanya sekadar untuk menunjukkan bahwa, hanya satu orang saja sudah cukup rumit untuk mengetahui hakekat orang atau manusia secara tepat. Apalagi jika orang tadi sudah mengambil perannya, seperti sudah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.

c. Informasi dan Komunikasi dalam lingkungan keluarga

Di lingkungan keluarga, komunikasi juga sangat besar kedudukannya dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga yang bersangkutan. Tanpa dibarengi dengan pelaksanaan komunikasi yang terbuka antar anggota dalam suatu keluarga, dipastikan tidak akan terjadi keharmonisan di dalamnya. Bahkan kegagalan-kegagalan dalam perkawinan di suatu keluarga, sebagian besar karena tidak adanya informasi komunikasi yang terbuka. Salah satu syarat utama untuk memahamkan orang lain dalam lingkungan keluarga adalah komunikasi yang terbuka tadi. Masing-masing anggota keluarga saling membuka diri atas hal-hal yang bisa menjadikan ketidaksejalanan anggota keluarga. Dengan membuka diri tersebut, maka tiap anggota keluarga yang lain akan memahami kemauan-kemauan dan gagasannya, sehingga jika pun terjadi hal-hal yang berbeda, akan bisa dicari jalan keluarnya.

Dalam keluarga juga paling sering terjadinya proses komunikasi dan informasi pendidikan. Bukankah pendidikan awalnya dari keluarga? Sebagian besar manusia dididik awalnya di lingkungan keluarga. Segala perilaku orang tua dan lingkungannya dalam keluarga, sepanjang anak-anak masih diasuh di dalamnya, akan selalu mendapatkan proses pendidikan. Bentuk nyatanya adalah, orang tua selalu memberi nasehat-nasehat tertentu kepada anak-anaknya, membuat peraturan yang mengikat terhadap seluruh anggota keluarga, melindungi anak dari hal-hal buruk dan pengaruh luar yang buruk, memberikan contoh bagaimana makan yang baik, berbicara yang sopan, dan bertindak sesuai dengan aturan norma yang berlaku, dsb. Itu semua menggambarkan proses pendidikan di dalam keluarga.

Di dalam lingkungan keluarga memang tidak hanya terjadi proses komunikasi pendidikan, melainkan juga masih sering terkait dengan proses komunikasi lain seperti komunikasi massa (setidaknya sebagai anggota audiens pemirsa), komunikasi sosial karena keluarga adalah lembaga sosial yang terkecil di masyarakat, dsb. Namun demikian, pola komunikasi keluarga tampaknya lebih dominan.

d. Informasi dan Komunikasi dalam Kelompok dan Organisasi

Komunikasi kelompok dan komunikasi organisasional sebenarnya berbeda. Yang pertama lebih memusatkan diri pada peristiwa komunikasi yang terjadi antar beberapa orang, baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur, sedangkan yang terakhir lebih dinamis sifatnya. Kelompok yang sudah terstruktur dan sudah terorganisasikan secara tetap seperti tampak dalam organisasi-organisasi sosial dan lembaga kemasyarakatan, biasanya anggota-anggotanya relatif tetap dan terdaftar secara formal. Sedangkan pada kelompok yang tidak terstruktur tadi, tidak selalu terdaftar secara formal.

Tiga orang yang tidak saling kenal bertemu di jalan, dan mengadakan diskusi seadanya mengenai suatu kasus, juga termasuk ke dalam komunikasi kelompok. Setidaknya itu jika dilihat dari segi jumlah orang yang terlibat di dalamnya. Sementara itu organisasi, meskipun itu masih dalam kategori kelompok yang relatif formal dan tetap fungsi-fungsinya, mereka sudah banyak yang mengembangkan hubungannya dengan pihak lain, baik perorangan, kelompok, maupun organisasi serupa di masyarakat. Pola hubungan dimaksud bisa dilakukan dalam suatu jaringan komunikasi dan informasi. Apalagi sekarang, di mana media komunikasi sudah sedemikian majunya. Melalui internet, seseorang, tanpa melalui kelompok atau organisasinya, sanggup berkomunikasi dengan orang lain yang jauh secara ruang dan juga waktu. Meskipun untuk yang terakhir ini proses komunikasinya kurang bersifat interaktif, namun sebagian darinya sudah bisa interaktif, seperti berkomunikasi menggunakan komputer dan internet, dan juga telepon bergambar. Yang umum untuk saat sekarang adalah sekadar membaca buku, atau menonton siaran televisi dan radio, baik siaran langsung atau siaran tunda.

e. Informasi dan Komunikasi dalam lingkungan lembaga informasi dan perpustakaan.

Dilihat dari aspek sosial dan komunikasi, perpustakaan atau pusat-pusat dokumentasi informasi lain yang sejenis, bisa didudukkan sebagai salah satu struktur sosial dalam masyarakat, lembaga, atau bahkan proses dan organisasi. Dalam tulisan ini, perpustakaan atau lembaga pengelola informasi sejenis lainnya didudukkan sebagai suatu subjek dan objek sekaligus, yang di dalamnya bisa bermakna: proses, ilmu, seni, pusat koleksi, pusat pelestarian, tempat, unit kerja, ruang, gedung, atau bahkan pusat pengolahan, atau pusat pelayanan. Semuanya bisa, bergantung kepada cara pandang kita dan bagaimana kita memperlakukannya.

Fungsi-fungsi komunikasi dan proses perjalanan informasi dalam konteks ini sangat kental menyertainya. Bahkan hampir semua bentuk dan hasil kegiatan perpustakaan, mempunyai tujuan untuk dikomunikasikan kepada masyarakat seluas-luasnya. Orang mengklasifikasikan dan mengorganisasikan informasi dan sumber-sumber informasi, tiada lain tujuannya adalah untuk kemudahan pemanfaatannya oleh masyarakat luas.

PENDAPAT TENTANG JURUSAN TP

PENDAPAT TENTANG JURUSAN TP

A. Pendapat lulusan TP

Banyak pendapat tentang masa depan lulusan TP diantaranya datang dari alumni lulusan IKIP Jakarta ( pendapat ini kami mengambil pokok-pokoknya saja )

  1. Taufan astiadi Atmaja :

Lulusan TP memang sangat menjanjikan masa depan yang lebih pasti ,karena TP adalah dapat dan mampu membentuk guru dan generasi yang lebih siap pakai dibandingkan jurusan lain. Jika TP disiapkan sebagai seorang guru maka dia akan lebih menjadi guru yang siap mengembangkan segala bentuk inovasi didalam model pengajaran dan pembelajarannya dalam kelas.

  1. Adnan Hariadi :

Pengalaman membuktikan bahwa lulusan TP adalah betul-betul sangat dinanti oleh masyarakat pendidikan umumnya,karena lulusan TP sudah terbukti unggul dalam hal pengelolaan administrasi sampai dengan cara pola pengajarannya.

  1. Jeprianto :

Kita tidak boleh merasa bangga sebagai alumni TP yang telah banyak diberikan pengetahuan dan pengajaran berkisar teknologi pengajaran atau pun teknologi yang menggunakan teknologi masa kini ( komputer ),ini semua kami rasakan mamfaatnya setelah sekarang ini saya bekerja disebuah instansi pendidikan yang mengandalkan pelaporannya dengan menggunakan teknologi komputer.

  1. Mohandas Bages :

Apapun kata orang jangan pernah ragu untuk memilih jurusan TP,karena jurusan TP merupakan karakter generasi yang diinginkan bangsa untuk zaman globalisasi seperti sekarang ini. Dan itu terbukti,yakni saya sendiri yang telah mampu berkarir dan memperkerjakan banyak orang sebagai karyawan ,mulai dari yang bertitel sampai yang tak bertitel.

B. Pendapat saya tentang lulusan TP

§ Kalau pendapat saya tentang jurusan TP

Saya optimis bahwa masa depan jurusan TP akan menjadi incaran oleh guru-guru yang ingin mengejar predikat sertifikasi sebagai seorang guru yang profesional. Hal ini disebabkan karena tahun –tahun mendatang guru harus melek teknologi. Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak dari rekan guru utamanya guru SD yang masih gagap teknologi atau sama sekali tak pernah menyentuh dan berhubungan langsung dengan teknologi modern terutama komputer. Oleh karenanya saya sedikit optimis bahwa masa depan jurusan TP kelak akan menjadi primadona guru-guru untuk mengejar ketertinggalannya dengan arus globalisasi.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURUSAN TP

  1. KELEBIHAN JURUSAN TP

v Pada Jenjang S1 :
1. Memahami landasan teori/riset dan aplikasi teknologi pendidikan.
2. Merancang pola instruksional sederhana.
3. Memproduksi media pendidikan
4. Mengevaluasi program dan produk instruksional
5. Mengelola media dan sarana belajar
6. Memanfaatkan media dan teknik insruksional
7. Menyebarkan informasi dan produk teknologi pendidikan
8. Mengelola lembaga sumber belajar

v Pada jenjang S2 :

1. Menerapkan pendekatan sistem dalam rangka pengembangan pembelajaran, baik pada tingkat mikro/kelas maupun dalam konteks pendidikan maupun latihan.

2. Merencanakan kurikulum, pemilihan strategi pembelajaran, serta penilaian pelaksanaannaya.

3. Merancang, memproduksi, dan menilai bahan-bahan pembelajaran

4. Mengelola sumber-sumber belajar.

5. Mengoperasikan sendiri dan melatih orang lain dalam megoperasikan peralatan audiovisual, serta dalam menggunakan dan memproduksi sumber-sumber belajar

v Pada Jenjang S3 :

1. Mampu mengkaji dan menganalisis teori/konsep dan temuan penelitian di bidang pembelajaran dan meramunya menjadi suatu teori/konsep pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik budaya Indonesia.

2. Mampu mengidentifikasikan dan mengembangkan variabel pembelajaran serta kerterkaitannya untuk keperluan pengembangan teori/konsep pembelajaran.

3. Mampu melaksanakan penelitian untuk menguji teori/konsep pembelajaran, baik yang dikembangkannya sendiri maupun yang dikembangkan oleh peneliti dan pengembangan pembelajaran lain.
Pendidikan keahlian ini secara umum ditujukan untuk menghasilkan tenaga profesi teknologi pendidikan. Profesi ini bergerak dan berkarya dalam keseluruhan bidang pendidikan, dan mengusahakan terciptanya keseimbangan dan keselarasan hubungan dengan profesi lain, untuk terwujudnya gagasan dasar perkembangan kepribadian yang maksimal.

B. KEKURANGAN JURUSAN TP

Tidak semua lulusan TP mampu memenuhi keinginan masyarakat. Kejadian dilapangan membuktikan bahwa lulusan TP :

  1. Ketidakmampuan mendesain dan mengembangkan sumber
  2. Kurang mampu dalam pembelajaran yang bersifat Prkatek pemanfaatan dan penilaian proses
  3. ketidak mengertian arti Praktek pengelola sumber dan proses
  4. Ketidakmampuan menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan, terutama untuk mengatasi masalah belajar di mana saja.
  5. Tidak mampu merancang program dan sisitem instruksional.
  6. Tidak mampuMemproduksi media pendidikan.
  7. Ketidakmampuan memilih dan memanfaatkan berbagai sumber belajar.
  8. Ketidakmampuan mengelola kegiatan belajar dan instruksional yang inovatif.
  9. Ketidakmampuan menilai produk, program dan sistem insruksional.
  10. Kurang mampu memperhatikan perkembangan teknologi dan dampaknya dalam pendidikan.
  11. Ketidakmampuan dalam mengelola organisasi dan personel yang melaksanakan
  12. Ketidakmampuan dalam melakukan Kegiatan pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendidikan.
  13. Kurang mampu merencanakan, melaksanakan, dan menafsirkan penelitian dalam bidangnya dan dalam bidang lain yang berkaitan dengan teknologi pendidikan.
  14. Kurang memahami Pendiidkan dan pelatihan yang memadai
  15. Kurang adanya komitmen terhadap tugas profesionalnya
  16. Kurang adanya usaha untuk senatiasa mengembanagkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman.
  17. Kurang adanya standar etik yang harus dipatuhi

Pendekatan Konsep Ilmu, Teknologi dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS di SD

Pendekatan Konsep Ilmu, Teknologi dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS di SD

IPS sebagai mata pelajaran di lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis. Hal ini terbukti dengan banyak ide atau pemikiran dari para ahli seperti:

v Robert E. Yager yang memasukkan ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) baik sebagai bidang penerapan dan hubungan, kreativitas dan sikap, maupun konsep dan proses.

v Remy (1990) mengemukakan konsep ITM memberikan konstribusi secara langsung terhadap misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga negara yang:

a. memahami ilmu pengetahuan di masyarakat,

b. pengambilan keputusan warga negara,

c. membuat hubungan antar pengetahuan,

d. mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa beradab.

Melalui suatu studi “Project Synthesis”, Noris Harms mengembangkan tujuan IPS untuk pendidikan sebagai berikut:

1) IPS untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu,

2) IPS untuk memecahkan persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini

3) IPS Untuk membantu dalam memilih karir,

4) IPS untuk mempersiapkan studi lanjutan.

Ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) merupakan istilah yang diterapkan sebagai upaya untuk memberikan wawasan kepada siswa secara nyata dalam mengkaji ilmu pengetahuan. Konsep ITM mencakup keseluruhan spektrum tentang peristiwa-peristiwa kritis dalam proses pendidikan, meliputi tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapan serta penampilan guru.

Ciri dasar keberadaan ITM adalah lahirnya warga negara yang berpengetahuan yang mampu memecahkan masalah-masalah krusial dan mengambil tindakan secara efisien dan efektif.

Pendekatan dan Strategi Konsep Ilmu, Teknologi dan Masyarakat dalam Pengajaran IPS SD

Pendekatan yang digunakan dalam pengajaran IPS untuk proses pembelajaran ITM adalah interdisipliner atau multidisipliner. Artinya dalam proses belajar mengajar di kelas IPS, para siswa seyogianya diajak, dibina dan didorong agar dalam mengkaji atau memecahkan masalah atau topik, dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Ada dalam pengajaran IPS, yakni:

1) infusi ITM ke dalam mata pelajaran yang ada,

2) perluasan melalui topik kajian dalam mata pelajaran

3) penciptaan/pembuatan mata pelajaran yang baru.

Sedangkan karakteristik dari program integral ITM dalam IPS terdiri atas empat kategori sebagai berikut:

1) hasilnya dinyatakan secara jelas,

2) strategi organisasi,

3) sistem dukungan,

4) strategi instruksional.

Model Pembelajaran Interaktif dalam PIPS

Pengembangan model pembelajaran interaktif dalam IPS dapat dilakukan oleh guru pada semua pokok bahasan, dengan syarat harus memperhatikan sembilan hal yakni: motivasi, pemusatan perhatian, latar belakang siswa dan konteksitas materi pelajaran, perbedaan individual siswa, belajar sambil bermain, belajar sambil bekerja, belajar menemukan dan pemecahan permasalahan serta hubungan sosial.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang interaktif, guru berperan sebagai pengajar, motivator, fasilitator, mediator, evaluator, pembimbing dan agen pembaharu. Dengan demikian, kedudukan siswa dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas memiliki peran aktif, di mana aktivitasnya dapat diukur dari kegiatan memperhatikan, mencatat, bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan mengerjakan tugas, baik tugas kelompok maupun tugas individual. Dalam situasi belajar yang demikian, siswa akan mendapatkan pengalaman yang berkesan, menyenangkan dan tidak membosankan.

Guru dalam proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangkan teknik bertanya efektif atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Sifat pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri, sehingga melalui pertanyaan yang diajukan, siswa dikembangkan kemampuannya ke arah berpikir kreatif dalam menghadapi sesuatu.

Sumber Pembelajaran dalam PIPS

Sumber pembelajaran IPS dapat menggunakan buku sumber (buku teks, majalah atau koran dan media massa lainnya), media dan alat pengajaran, situasi dan kondisi kelas serta lingkungan.

Bagi guru IPS buku bukan satu-satunya sumber pembelajaran yang dapat digunakan, karena buku sumber pada umumnya memuat informasi yang sudah lama. Media dan alat peraga dalam pengajaran merupakan sumber pembelajaran yang dapat membantu guru dalam melaksanakan perannya sebagai demonstrator. Manfaat media atau alat pembelajaran adalah: mengurangi verbalisme, memusatkan perhatian siswa, mudah diingat, membantu pemahaman siswa serta mendorong untuk melakukan diskusi.

Media pembelajaran digolongkan atas 3 kelompok yaitu: media dengar (visual aids), media pandang (auditive aids) dan media raba atau gerak (motor aids). Tetapi dalam pelaksanaannya terdapat multi media yang mencakup ketiga jenis media tersebut.

Kelas dapat dijadikan sumber pembelajaran sangat bergantung kepada guru dalam melaksanakan perannya sebagai pengelola kelas. Kelas tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlangsungnya PBM, tetapi berfungsi pula sebagai tempat pameran hasil kerja siswa atau pajangan kelas. Hasil kerja siswa yang dipajangkan adalah yang memuat pesan secara jelas, menunjang kegiatan belajar mengajar, menimbulkan minat dan perhatian siswa dan adanya peraturan untuk menggunakannya.

Lingkungan sebagai sumber pembelajaran menuntut kreativitas guru untuk memanfaatkannya dan mengeliminasi kebiasaan mengajar yang rutinitas dan monoton. Terdapat empat jenis sumber pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan, yaitu: masyarakat, lingkungan fisik, bahan sisa atau limbah dan peristiwa alam dan sosial. Memanfaatkan lingkungan sebagi sumber pembelajaran mendorong siswa untuk berpikir logis, sistematis dan logis, karena dari lingkungan muncul berbagai fenomena yang menarik dan menantang bagi siswa, oleh karena itu guru dituntut memiliki keterampilan membawa lingkungan ke dalam kelas dan atau membawa siswa ke luar kelas